Sang Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang mengikuti lomba mobil balap mainan. Sorak-Sorai para penonton dan supporter begitu terasa dan suasana sangat meriah, tak heran mengapa, karena ini babak final, babak yang paling di tunggu-tunggu. Hanya ada 4 mobil yang tersisa dari keseluruhan 27 mobil peserta. Keempat finalis memamerkan mobil balap mainan buatan sendiri sebab memang seperti itulah peraturannya.

Diantara keempat finalis yang berhasil mencapai final, ada seorang anak yang bernama Nino . Mobilnya tak seistimewa mobil ketiga finalis lainnya. Banyak para penonoton yang ragu akan kemampuan mobil tersebut untuk berpacu dengan yang lainnya. Cukup beralasan memang, karena mobil itu terbuat dari kayu sederhana, ada tulisan “nino” dibagian kanan dan kiri mobil tersebut dan sedikit hiasan dibagian atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan glamour finalis lainnya. Namun Nino tetap bangga akan semua itu, karena itu mobil yang benar-benar ia buat sendiri.

Saat-saat yang ditunggu-tunggupun tiba. FINAL KEJUARAAN MOBIL BALAP MAINAN. Para finalis muali mengambil tempat digaris start untuk mendorong mobil mereka sekencang-kencangnya. Pada keempat jalur mobil sudah siap, lengkap dengan para “pembalap” kecilnya.

Sebelum lomba dimulai, Nino meminta waktu sebentar. Nino menadahkan tangannya dan memejamkan matanya kemudian berdoa.

“Yaaa.. Saya siapp..!!” Nino berkata setelah selesai berdoa.

DORR...!! Suara tembakan terdengar, tanda para finalis sudah mulai bisa memacu mobil balapnya. Para supporterpun terus memberikan dukungan dan teriak-teriakan, ada yang meneriakkan nama jagoannya, ada pula yang berteriak untuk membuat suasana semakin seru. Setelah 2 putaran, nampak tali garis finish sudah mulai dipasang untuk menandai sang pemenang dan sekaligus juara. Para finalis semakin cepat memacu mobilnya, dan akhirnya Nino-lah yang menjadi pemenang. Nino-pun langsung memanjatkan doa.

Setelah balap babak final tiga putaran selesai, kini saatnya pembagian piala. Nino maju kedepan dengan bangganya.

“Heyy jagoan, kamu tadi pasti berdoa kepada tuhan supaya kamu menang.. yaa kann...??” tanya ketua panitia sesaat sebelum menyerahkan piala kepada Nino.

“Bukan Pak...!! Bukan hal itu yang saya panjatkan kepada Tuhan” jawab Nino.

“Saya rasa tidak adil meminta kepada tuhan untuk menolong saya mengalahkan orang lain..” imbuh Nino.

“Saya berdoa kepada Tuhan, Supaya Saya tidak menangis, jika Saya tidak memenangkan lomba..!!” imbuh Nino lagii..

Para penonton kala itu terhenyak, kemudian memberikan standing applause kepada Nino.



Terkadang kita memohon kepada tuhan untuk mengatur dan memuluskan setiap hasil yang akan kita raih. Lihatlahh Nino..!! Nino hanya meminta kepada Tuhan agar dia diberi kekuatan untuk menghadapi  hasil yang mungkin tak diinginkannya.Nino berdoa agak diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga.

Terlau sering kita meminta kepada Tuhan agar kita dijadikan nomer 1. Terlalu sering kita memohon kepada Tuhan untuk menjauhkan kita dari hal-hal yang dapat “mengganggu” kita kedepannya. Bukankan yang kita butuhkan bimbingan-NYA, tuntunan-NYA, dan panduan-NYA...??

Kita sering menyepelekan diri kita dengan menganggap kita lemah. Kita sering lupa dan sering “cengeng” dalam kehidupan ini. Tak adakah semangat juang yang ingin kita lalui untuk mencapai sesuatu..??  Saya yakin.. Tuhan memberikan cobaan, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng, patah arah, kemudian putus asa. Sesungguhnya Tuhan menguji hamba-NYA yang saleh.

Apa perbedaan antara hambatan dan kesempatan?
Perbedaannya terletak pada sikap kita dalam memandangnya. Selalu ada kesulitan dalam setiap kesempatan,  dan selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan.
-J. Sidlow Baxter-

/* didedikasian buat teman penulis yang akan "bertempur" di ajang nasional */ 

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "