Assalamualaikum dan semangat pagi....
berikut ini diambil dari sebuah kisah nyata yang di terbitkan oleh halaman sebelah...
jika kita ingin merasakan gimana rasanya ditampar keras, yuk baca kisah nyata berikut ini...
selamat membaca...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Beberapa tahun silam, ada sebuah surat
yang cukup unik datang ke kantor Dompet Dhuafa (DD). Biasanya setiap
hari lebih dari 20 surat permohonan bantuan singgah ke kantor DD.
Pada umumnya, surat permohonan bantuan itu isinya agak panjang,
berhubung hendak menceritakan masalah dan mengajukan bantuan. Tidak
sedikit dari surat-surat itu yang ditulis panjang lebar dengan narasi
yang memilukan.
Tapi hari itu, datang sebuah surat yang tidak
biasanya. Setelah dibuka, isinya ternyata hanya satu kalimat saja.
Kalimat itu berbunyi: “Jika diizinkan, saya akan datang ke kantor Dompet
Dhuafa.” Kita semua yang membacanya tentu merasa heran terhadap surat
ini.
Sepanjang sejarah DD, belum pernah ada surat yang isinya
seperti itu. Karena itu kemudian, kita segera membalas surat itu dengan
jawaban : “Silakan Bapak datang ke kantor Dompet Dhuafa, Pada hari …
(tertentu), jam … (tertentu).”
Pada hari dan jam yang dijanjikan,
kita telah menanti tamu yang akan datang. Beberapa saat kemudian
masuklah seorang lelaki dengan perawakan pendek dan agak kurus. Kedua
tangannya (maaf) putus dari pangkal lengan, dan kedua kakinya seperti
pernah mengalami sakit polio (dengan bentuk sedikit agak melengkung).
Menyaksikan kehadiran lelaki tersebut, segeralah kita mengerti mengapa
lelaki tersebut menulis surat seperti itu. Rupanya, dia ingin kita
melihat saja secara langsung kondisi dirinya. Batinnya mungkin berkata,
“tak perlulah saya menceritakan panjang lebar, cukuplah Anda lihat
sendiri, barulah Anda mengerti apa yang saya maksudkan.”
Melihat
kehadiran lelaki tersebut dan mengerti kondisi yang dialami oleh lelaki
tersebut, kami pun bergegas menawarkan bantuan kepada beliau.
Salah seorang karyawan DD kemudian berkata, “Pak, apa yang bisa DD
lakukan, untuk bisa membantu Bapak ?” Lelaki tersebut kemudian menjawab,
“Saya mohon DD membantu saya satu…saja, mohon DD membelikan saya satu
buah mesin ketik.”
Mendengar ungkapan bahwa lelaki itu ingin
dibelikan mesin ketik, karyawan DD pun bertanya lagi, “Mohon maaf Bapak,
apakah anak Bapak ada yang sedang ditugasi menulis paper atau makalah,
seperti itu ?”
Lelaki itu pun menjawab lagi, “Oh …, bukan …,
mesin ketik itu bukan untuk anak saya, tapi untuk saya, saya biasa
mengetik kok …” mendengar jawaban tersebut, karyawan DD pun terperanjat,
sehingga terucap, “Mengetik dengan….?” Spontan lelaki itu pun menjawab,
“Saya biasa mengetik dengan kaki saya…”
Seterusnya lelaki itu
pun melanjutkan, “Kalau Bapak berjalan-jalan di kawasan Pasar Senen, di
sana akan terlihat banyak kios-kios jasa mengetik, salah satunya adalah
kios saya. Saya biasa melayani jasa mengetik. Cuma selama ini mesin
ketiknya punya toke saya. Sehingga hasilnya dibagi dua. Saya bermimpi,
jika saya punya mesin ketik sendiri, mungkin hasilnya jadi lebih besar
…”
Mendengar penuturan lelaki itu, tiba-tiba saja terasa ada
pukulan keras menghantam ulu hati kita yang mendengarnya. Bagaimana
tidak, ada seorang lelaki yang mengalami cacat fisik, yang sesungguhnya
teramat pantas dikasihani dan disantuni setiap saat, akan tetapi
ternyata yang diharapkannya justru adalah bantuan yang membuatnya bisa
tetap berusaha dan produktif.
Lelaki itu bukan ingin dibantu
sehingga tergantung pada belas kasihan orang lain, tetapi justru ingin
dibantu yang membuatnya mandiri dan tegak di atas kekuatannya sendiri.
Lelaki itu laksana malaikat yang dihadirkan kepada kita untuk
menyampaikan pesan agar kita lebih menghargai diri kita dengan berusaha
menjadi manusia yang produktif dan mandiri. Karena pada zaman sekarang
ini, betapa banyak anak muda, fisiknya utuh, tubuhnya sehat dan kuat,
tetapi jiwanya lemah dengan ingin dikasihani dan mengharap iba dari
orang lain.
Betapa banyak manusia di dunia ini, yang kondisi
fisiknya jauh lebih baik dari Bapak tersebut, tetapi hidupnya ingin
bergantung kepada belas kasihan dan santunan orang lain.
Kepada
Bapak tersebut, DD akhirnya membelikan satu buah mesin ketik baru,
sambil dalam hati berucap, “Terima kasih Bapak, telah datang dan seolah
menasehati kami, sungguh kehadiran Bapak telah membawa kesan mendalam
untuk kami.”
- Ditulis Ahmad Juwaini, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa -
... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ..
0 comments:
Post a Comment