Sang Operator


hmm..
gak banyak yang bisa saya deskripsikan tentang cerita ini, tapii ini intinya tentang sebuah rasa apabila seseorang telah terlanjur berarti buat hidup anda..


waktu itu arya masih kecil berusia 7 tahun, namun ayahnya sudah memiliki sebuah terlepon dirumanya. Telepon djaman doeloe, warna hita namun terlihat antik dan elegan,masih menggunakan tombol putar, dan tertempel di dinding. Apabila mau menelpon seseorang haru melalui seorang operator yang kemudian akan meneruskan ke nomor telepon yang kita tuju. Dalam waktu singkat, arya sadar bahwa setiap putaran nomor telepon diputar, sebuah suara yang manis, hangat dan ramah, akan berkata “operator disini”.

Ketika itu arya sendirian dirumah, tidak ada seorangpun, jempolnya terjepit pintu dia pun meringis kesakitan dan memasukkan jempolnya ke mulut, kemudian dia teringat oleh sang operator, dan dia pun lagsung menuju telepon dan memutar sembarang nomor.

“Operator disini, ada yang bisa dibantu..??” keluar suara yang ramah dari telepon itu.

“Jempol saya terjepit pintu..” kata arya sambil terus merintih kesakitan.

“Adakah ibumu dirumah..??” tanya sang operator.

“Tidak ada seorangpun..” jawab arya yang masih merasakan sakit.

“Apakah jempolmu berdarah..??” sang operator kembali bertanya.

“Tidak, namun warnanya biru, dan rasanya sakiittt sekaliii..” jawab arya.

“Bisakah kamu ke lemari es..??” tanya sang operator.

“Bisa, tapi naik di bangku..” jawab aryak singkat sambil tetap memasukkan jempolnya ke mulut.

“Ambillah sepotong es batu, kemudian tempelkanlah pada jempolmu.” kata sang operator dengan suara yang hangat.

Sejak saat itu apabila memerlukan sesuatu, atau bantuan, arya selalu menelpon sang operator. Ketika tidak bisa menjawab pertanyaan matematika, geografi atau tugas sekolah lain, segera arya menelpon sang operator. Begitu juga ketika arya berhasil menangkap seekor tupai, yang kemudian dijadikan hewan peliharaannya, dia memberitahukannya kepada sang operator, dan sang opertor menasehatinya sebaiknya diberi makan kacng atau buah.

Suatu ketika burung peliharaan arya mati, dan langsung sang operator diberitahu mengenai kabar dukacita ini. Sang operator mendengarkan semua keluhan arya, kemudian melontarkan pertanyaan.

“Mengapa burung yang pintar bernyanyi dan selalu menimbuklan sukacita sekarang tergeletak kaku tak berdaya dikandangnya..??” tanya arya sedih.

“Karena sekarang dia berada didunia berbeda dengan kita, dan bernyanyi disana.” Jawab operator pelan dan akhirnya membuat arya tenang.

Pada lain kesempatan, kembali arya menelpon sang operator.

“Disini operator, ada yang bsa dibantu..??” terdengar suara yang ramah dari telepon.

“Bagaimana mengeja kukuruyuk..??” tanya arya singkat.

Samapilah akhirnya arya dan keluarga haru perdi pindah keluar kota. Arya merasa sangat kehilangan sosok sang operator yang selama ini selalu membantunya. Arya tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan, dan menjadi anak muda yang berwibawa. Arya masi terus teringat akan kenangan.kenangan indah bersama sang operator semasa kecil dulu. Betapa sabarnya sang operator itu, dan betapa penuh pengetiannya sang operator itu karena mau meladeni anak kecil.

Suatu saat SMA arya mengadakan study tour ke daerah asalnya, tempat yang sangat penuh kenangan bagi arya, setibanya di kota tersebut, arya langsung mengambil telepon dan meminta untuk disambungkan ke bagian operator.

“Operator disini, ada yang bisa dibantu..??” keluar suara yang ramah yang sangat tidak asing bagi arya.

“Bisa nggak mengeja kata kukuruyuk..?” tanya arya langsung karena merasa yakin itu adalah sang operator yang selalu sabar meladeninya semasa kecil dulu.

Suasana hening seketika, dan akhirnya suara hangat keluar dari telepon itu.

“Jempolmu yang terjepit pintu, sudah sembuhkan..??” tanya sang operator yang ingat bahwa itu adalah arya anak kecil yang selalu menelpon jika membutuhkan pertolongan.

“Wahh...!! Ternyata itu anda, Waktu berlalu begitu cepat yaa...” ungkap aryak dengan senyum sumringah..

“Arya masi ingat jasa.jasa anda, semua pembicaraan kita, untuk itu arya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya karena telah sabar mengahdapai saya. Arya selalu menikmati pembicaraan dengan anda..” lanjut arya yang masii tampak begitu bahagia.

“Saya juga selalu menikmati setiap pembicaraan denganmu, saya selalu menunggu-nunggu kapan kamu untuk menelpon saya.” Kata sang operator tak kalah bahagia.

Kemudian terjadi pembicaraan panjang hingga arya pun tertinggal dengan rombongan study tour-nya. Arya dan operator masi menikmati pembicaraan mereka, arya mengatakan bahwa sang operator memiliki tempat tersendiri dihatinya.

“Anda selalu memiliki tempat tersendiri dihati saya, arya akan selalu merindukan anda, bolehkan saya lain kali menelpon anda lagi..??” tanya arya.

“Tentu, dengan senang hati, nama saya Erza.” Jawab sang operator.

Akhirnya senja jua lah yang memisahkan mereka, arya yang tadinya terpisah dengan rombongan, akhirnya kembali bersama rombongan.

Dua bulan semenjak kejadian itu, arya kembali lagi ke kota asalanya dengan satu tujuan, yaa... untuk kembali menghubungi sang operator. Alangkah terkejutnya arya ketika sudah dihubungkan dengan bagian operator, bukan sebuah suara yang manis, hangat dan ramah seperti biasa terdengar, namun suara yang terdengar sangat asing bagi arya.
“Bisakah saya bicara dengan operator yang bernama Erza..??” tanya arya cemas.

“Apakah anda temanya...??” tanya si operator.

“Ya, teman sangat lama..” jawab arya singkat.

“Sebelumnya saya mohon maaf karena saya harus mengabarkan berita ini, belakangan ini Erza sering kerja paruh waktu karena sakit-sakitan. Erza meninggal tiga minggu yang lalu.” Jelas si operator.

Arya pun merasa sedih dan terpukul mendengar berita tersebut. Namun arya tetap bersabar mendapati kenyataan tak seperti yang dia harapkan. Sebelum arya meletakkan teleponnya, terdengar suara,

“Maaf, apakah anda yang bernama Arya..??” tanya si operator.

“Ya..” jawab arya sedih.

“Erza meninggalkan sebuah pesan buat anda, dia menulisnya disepucuk surat..” kata si operator

“Bisakah anda membacakan suratnya..??” tanya arya.

“Jika ada seseorang yang menelpon bernama Arya tolong bacakan ini, itu tertulis di amplopnya, isinya, Erza sekarang bernyanyi di dunia lain.” Si operator membacakan surat yang ditulis oleh Erza.

“Terima kasih..” kata arya sambil memendam kekecewaan yang teramat sangat, dan tampak matanya sudah berkaca-kaca. Arya langsung mengerti apa yang Erza maksudkan dengan kata-kata ringkas yang Erza tulis di surat itu.

Jangan sekalipun anda mengabaikan, bagaimana anda menyentuh hidup orang lain.
-Arya Rangga ‘nino’ Maulana-

cerita ini saya dedikasikan buat seseorang yang telah menyentuh hidup saya dan selalu bersabar menghadapi saya.
^_^

bukan tak bisa kubersabar dalam sebuah penantian..
tapii ku tak yakin apakah bisa teguh dalam pendirian..
hmm..
gak banyak yang bisa saya deskripsikan tentang cerita ini, tapii ini intinya tentang sebuah rasa apabila seseorang telah terlanjur berarti buat hidup anda..

waktu itu arya masih kecil berusia 7 tahun, namun ayahnya sudah memiliki sebuah terlepon dirumanya. Telepon djaman doeloe, warna hita namun terlihat antik dan elegan,masih menggunakan tombol putar, dan tertempel di dinding. Apabila mau menelpon seseorang haru melalui seorang operator yang kemudian akan meneruskan ke nomor telepon yang kita tuju. Dalam waktu singkat, arya sadar bahwa setiap putaran nomor telepon diputar, sebuah suara yang manis, hangat dan ramah, akan berkata “operator disini”.

Ketika itu arya sendirian dirumah, tidak ada seorangpun, jempolnya terjepit pintu dia pun meringis kesakitan dan memasukkan jempolnya ke mulut, kemudian dia teringat oleh sang operator, dan dia pun lagsung menuju telepon dan memutar sembarang nomor.

“Operator disini, ada yang bisa dibantu..??” keluar suara yang ramah dari telepon itu.

“Jempol saya terjepit pintu..” kata arya sambil terus merintih kesakitan.

“Adakah ibumu dirumah..??” tanya sang operator.

“Tidak ada seorangpun..” jawab arya yang masih merasakan sakit.

“Apakah jempolmu berdarah..??” sang operator kembali bertanya.

“Tidak, namun warnanya biru, dan rasanya sakiittt sekaliii..” jawab arya.

“Bisakah kamu ke lemari es..??” tanya sang operator.

“Bisa, tapi naik di bangku..” jawab aryak singkat sambil tetap memasukkan jempolnya ke mulut.

“Ambillah sepotong es batu, kemudian tempelkanlah pada jempolmu.” kata sang operator dengan suara yang hangat.

Sejak saat itu apabila memerlukan sesuatu, atau bantuan, arya selalu menelpon sang operator. Ketika tidak bisa menjawab pertanyaan matematika, geografi atau tugas sekolah lain, segera arya menelpon sang operator. Begitu juga ketika arya berhasil menangkap seekor tupai, yang kemudian dijadikan hewan peliharaannya, dia memberitahukannya kepada sang operator, dan sang opertor menasehatinya sebaiknya diberi makan kacng atau buah.

Suatu ketika burung peliharaan arya mati, dan langsung sang operator diberitahu mengenai kabar dukacita ini. Sang operator mendengarkan semua keluhan arya, kemudian melontarkan pertanyaan.

“Mengapa burung yang pintar bernyanyi dan selalu menimbuklan sukacita sekarang tergeletak kaku tak berdaya dikandangnya..??” tanya arya sedih.

“Karena sekarang dia berada didunia berbeda dengan kita, dan bernyanyi disana.” Jawab operator pelan dan akhirnya membuat arya tenang.

Pada lain kesempatan, kembali arya menelpon sang operator.

“Disini operator, ada yang bsa dibantu..??” terdengar suara yang ramah dari telepon.

“Bagaimana mengeja kukuruyuk..??” tanya arya singkat.

Samapilah akhirnya arya dan keluarga haru perdi pindah keluar kota. Arya merasa sangat kehilangan sosok sang operator yang selama ini selalu membantunya. Arya tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan, dan menjadi anak muda yang berwibawa. Arya masi terus teringat akan kenangan.kenangan indah bersama sang operator semasa kecil dulu. Betapa sabarnya sang operator itu, dan betapa penuh pengetiannya sang operator itu karena mau meladeni anak kecil.

Suatu saat SMA arya mengadakan study tour ke daerah asalnya, tempat yang sangat penuh kenangan bagi arya, setibanya di kota tersebut, arya langsung mengambil telepon dan meminta untuk disambungkan ke bagian operator.

“Operator disini, ada yang bisa dibantu..??” keluar suara yang ramah yang sangat tidak asing bagi arya.

“Bisa nggak mengeja kata kukuruyuk..?” tanya arya langsung karena merasa yakin itu adalah sang operator yang selalu sabar meladeninya semasa kecil dulu.

Suasana hening seketika, dan akhirnya suara hangat keluar dari telepon itu.

“Jempolmu yang terjepit pintu, sudah sembuhkan..??” tanya sang operator yang ingat bahwa itu adalah arya anak kecil yang selalu menelpon jika membutuhkan pertolongan.

“Wahh...!! Ternyata itu anda, Waktu berlalu begitu cepat yaa...” ungkap aryak dengan senyum sumringah..

“Arya masi ingat jasa.jasa anda, semua pembicaraan kita, untuk itu arya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya karena telah sabar mengahdapai saya. Arya selalu menikmati pembicaraan dengan anda..” lanjut arya yang masii tampak begitu bahagia.

“Saya juga selalu menikmati setiap pembicaraan denganmu, saya selalu menunggu-nunggu kapan kamu untuk menelpon saya.” Kata sang operator tak kalah bahagia.

Kemudian terjadi pembicaraan panjang hingga arya pun tertinggal dengan rombongan study tour-nya. Arya dan operator masi menikmati pembicaraan mereka, arya mengatakan bahwa sang operator memiliki tempat tersendiri dihatinya.

“Anda selalu memiliki tempat tersendiri dihati saya, arya akan selalu merindukan anda, bolehkan saya lain kali menelpon anda lagi..??” tanya arya.

“Tentu, dengan senang hati, nama saya Erza.” Jawab sang operator.

Akhirnya senja jua lah yang memisahkan mereka, arya yang tadinya terpisah dengan rombongan, akhirnya kembali bersama rombongan.

Dua bulan semenjak kejadian itu, arya kembali lagi ke kota asalanya dengan satu tujuan, yaa... untuk kembali menghubungi sang operator. Alangkah terkejutnya arya ketika sudah dihubungkan dengan bagian operator, bukan sebuah suara yang manis, hangat dan ramah seperti biasa terdengar, namun suara yang terdengar sangat asing bagi arya.
“Bisakah saya bicara dengan operator yang bernama Erza..??” tanya arya cemas.

“Apakah anda temanya...??” tanya si operator.

“Ya, teman sangat lama..” jawab arya singkat.

“Sebelumnya saya mohon maaf karena saya harus mengabarkan berita ini, belakangan ini Erza sering kerja paruh waktu karena sakit-sakitan. Erza meninggal tiga minggu yang lalu.” Jelas si operator.

Arya pun merasa sedih dan terpukul mendengar berita tersebut. Namun arya tetap bersabar mendapati kenyataan tak seperti yang dia harapkan. Sebelum arya meletakkan teleponnya, terdengar suara,

“Maaf, apakah anda yang bernama Arya..??” tanya si operator.

“Ya..” jawab arya sedih.

“Erza meninggalkan sebuah pesan buat anda, dia menulisnya disepucuk surat..” kata si operator

“Bisakah anda membacakan suratnya..??” tanya arya.

“Jika ada seseorang yang menelpon bernama Arya tolong bacakan ini, itu tertulis di amplopnya, isinya, Erza sekarang bernyanyi di dunia lain.” Si operator membacakan surat yang ditulis oleh Erza.

“Terima kasih..” kata arya sambil memendam kekecewaan yang teramat sangat, dan tampak matanya sudah berkaca-kaca. Arya langsung mengerti apa yang Erza maksudkan dengan kata-kata ringkas yang Erza tulis di surat itu.

Jangan sekalipun anda mengabaikan, bagaimana anda menyentuh hidup orang lain.
-Arya Rangga ‘nino’ Maulana-

cerita ini saya dedikasikan buat seseorang yang telah menyentuh hidup saya dan selalu bersabar menghadapi saya.
^_^

bukan tak bisa kubersabar dalam sebuah penantian..
tapii ku tak yakin apakah bisa teguh dalam pendirian..

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "